Impostor syndrome bikin kamu merasa tidak layak meski sudah berhasil. Kamu udah bikin ratusan konten. Followers bertambah. Brand mulai melirik. Tapi di balik semua itu, kamu merasa nggak pantas.
Kayaknya, semua pencapaian itu cuma kebetulan. Atau kamu ngerasa belum cukup bagus dibanding content creator lain. Kalau kamu pernah merasa seperti itu, ada kemungkinan kamu sedang mengalami impostor syndrome.
Ini masalah yang banyak dialami kreator terutama yang baru naik daun atau sedang mengubah arah karier. Rasanya kayak kamu cuma “beruntung sesaat” dan orang-orang akan sadar cepat atau lambat bahwa kamu nggak sehebat yang mereka kira. Yuk, bahas bareng gimana cara menghadapinya.
Sebelum kamu bisa mengatasinya, kamu harus paham dulu bentuk-bentuknya. Impostor syndrome bisa muncul dalam berbagai cara, seperti:
Gejala ini bisa muncul bahkan setelah kamu diundang kolaborasi, dibayar lebih tinggi, atau dipuji klien. Bukan karena kamu kurang bukti, tapi karena kamu nggak bisa menerima validasi itu secara utuh.
Kamu perlu jujur ke diri sendiri: kenapa kamu merasa seperti ini?
Begitu kamu tahu asalnya, kamu bisa lebih tenang. Impostor syndrome bukan pertanda kamu gagal. Justru itu sinyal bahwa kamu sedang bergerak ke wilayah yang baru dan menantang.
Waktu otakmu bilang kamu nggak cukup layak, lawan pakai data dan fakta. Simpan bukti pencapaianmu:
Kamu bisa bikin folder khusus sebagai pengingat. Saat kamu mulai merasa ragu, buka folder itu. Ingatkan dirimu bahwa kamu berkembang karena usaha, bukan kebetulan semata.
Salah satu efek dari impostor syndrome adalah dorongan untuk “membuktikan diri” lewat kerja keras berlebihan. Kamu jadi merasa harus posting tiap hari, harus tahu semua tren, harus bikin konten yang flawless.
Padahal ini jebakan. Kamu nggak harus membuktikan apa-apa ke siapa pun. Konsistensi dan peningkatan bertahap jauh lebih sehat dibanding ngejar validasi instan lewat standar yang nggak manusiawi.
Kalau kamu terus mengejar sempurna, kamu malah makin capek dan makin jauh dari rasa percaya diri.
Kamu nggak sendiri. Banyak content creator lain juga pernah mengalami hal serupa. Coba ngobrol dengan mereka. Kadang, cukup dengan tahu kamu nggak sendirian, beban itu bisa terasa lebih ringan.
Salah satu cara untuk menemukan dukungan adalah dengan bergabung dalam komunitas kreator. Manfaat Seefluencer Circle misalnya, memberikan kesempatan bagi para kreator untuk saling berbagi pengalaman dan belajar satu sama lain.
Di sana, kamu bisa berbagi cerita tanpa harus jaim, dan bahkan menemukan solusi dari pengalaman orang lain yang sudah lebih dulu berada di industri ini.
Bahkan, kamu mungkin bakal denger cerita dari kreator yang jauh lebih senior tapi masih punya keraguan yang sama.
Dari sana, kamu bisa belajar bahwa rasa nggak yakin itu wajar. Yang bikin beda adalah bagaimana kamu meresponsnya.
Membuat konten itu proses panjang. Kadang rame, kadang sepi. Kadang kamu dihargai, kadang dilewati. Kalau kamu terlalu fokus ke angka, like, atau komentar, kamu gampang kejebak perasaan tidak layak.
Kamu harus mulai nikmati prosesnya. Belajar teknik baru. Bikin konten yang kamu suka. Rayakan progress sekecil apa pun. Validasi dari luar penting, tapi keyakinan diri jauh lebih menentukan.
Kalau kamu sudah sampai tahap ini, itu tandanya kamu layak. Kamu nggak pura-pura jadi kreator. Kamu memang kreator. Dan kamu sah mengakuinya, meski sedang dilanda impostor syndrome.
Mau jadi influencer yang nggak cuma eksis, tapi juga cuan? Yuk, gabung di App & Community by Seefluencer! Di sini, kamu bakal dapet strategi jitu, insight daging, dan kesempatan networking bareng kreator lainnya.
Jangan cuma baca aja, langsung follow Instagram, TikTok, dan YouTube biar nggak ketinggalan update dan tips buat jadi influencer!
Biar ilmunya makin komplit, kamu juga bisa beli Megacreator Book di sini!
Pingback: Strategi Rahasia Time Management Biar Jadi Influencer Sukses - Seefluencer
Pingback: 9 Cara Elegan Mengatasi Komentar Negatif di Media Sosial - Seefluencer