Kamu pernah lihat content creator dengan followers yang nggak sampai ratusan ribu, tapi sering banget dapet endorse dari brand besar?
Mungkin kamu mikir, “Loh, dia belum viral banget tapi kok udah kerja sama ya?” Nah, bisa jadi dia adalah micro influencer.
Sekarang brand udah mulai sadar, reach gede itu bukan satu-satunya indikator sukses. Engagement, kredibilitas, dan niche justru jadi kunci.
Micro influencer adalah content creator yang punya jumlah followers dalam kisaran tertentu, biasanya antara 1.000 sampai 100.000.
Mereka nggak punya reach seluas selebgram atau mega influencer, tapi justru sering punya engagement yang lebih tinggi. Audiens mereka merasa lebih dekat dan percaya karena interaksinya masih terasa personal.
Biasanya micro influencer punya niche yang jelas, misalnya skincare untuk kulit sensitif, lifehack ibu rumah tangga, konten edukasi keuangan, atau food review daerah.
Karena kontennya fokus dan komunitasnya terbangun, rekomendasi mereka jadi lebih dipercaya.
Micro influencer sering dianggap punya suara yang autentik. Mereka belum terlalu komersil, dan ini membuat followers lebih percaya pada review atau rekomendasi produk yang mereka bagikan.
Ini juga merupakan alasan kenapa brand suka kerja sama dengan mereka.
Nggak semua orang sepakat dengan angka pastinya, tapi secara umum micro influencer dibagi seperti ini:
Kalau kamu sekarang punya followers di antara angka itu, berarti kamu udah masuk ke kategori micro influencer.
Dan ya, kamu udah punya potensi buat dapet kerja sama brand—asal tahu caranya positioning dan promosiin diri.
Rate card atau tarif kerja sama itu nggak ada angka pasti karena tergantung banyak faktor. Tapi biar kamu punya gambaran, ini estimasi umum untuk micro influencer di Indonesia:
Angka ini bisa lebih tinggi kalau engagement rate kamu tinggi, konten kamu punya kualitas visual yang bagus, atau kamu punya niche yang sangat spesifik dan menarik bagi brand.
Platform juga ngaruh—misalnya, konten TikTok biasanya punya nilai lebih tinggi karena reach-nya luas dan cepat viral.
Jangan lupa, rate juga bisa beda tergantung jenis konten. Story biasanya lebih murah dibanding feed post.
Video berdurasi panjang bisa lebih mahal dibanding video singkat. Bahkan, ada juga kerja sama dalam bentuk bundling: post + story + giveaway.
Kalau kamu bingung mulai dari mana, kamu bisa bikin media kit berisi info basic kayak followers, engagement, demografi audiens, dan contoh konten. Ini akan bantu kamu tampil lebih profesional di mata brand.
Micro influencer bisa jadi pintu masuk buat kamu yang mau serius di dunia content creation. Kamu nggak perlu tunggu viral dulu buat mulai kerja sama.
Dengan pendekatan yang tepat, kamu bisa bangun reputasi sebagai partner yang reliable dan kreatif.
Banyak alumni Seefluencer yang awalnya micro influencer dan sekarang udah rutin kerja bareng brand karena konsisten dan tahu cara jual value mereka.
Baca Juga: Cara Seru dan Efektif Collab dengan Influencer Lain di Circle Seefluencer
Jadi kalau kamu sekarang lagi di fase ngebangun akun dan mulai punya followers puluhan ribu, jangan anggap kecil.
Kamu udah masuk kategori micro influencer dan punya peluang besar buat berkembang. Kuncinya ada di kualitas konten, cara kamu jaga hubungan sama followers, dan gimana kamu presentasiin diri ke brand.
Mau jadi influencer yang nggak cuma eksis, tapi juga cuan? Yuk, gabung di Bootcamp Seefluencer! Di sini, kamu bakal dapet strategi jitu, insight daging, dan kesempatan networking bareng kreator lainnya.
Jangan cuma baca aja, langsung follow Instagram, TikTok, dan YouTube biar nggak ketinggalan update dan tips buat jadi influencer!
Biar ilmunya makin komplit, kamu juga bisa beli Megacreator Book di sini!
Pingback: 8 Influencer Marketing Strategy Untuk Naikan Brand Awareness - Seefluencer